Anggota Banser ranting Kepunten berswafoto saat nge-PAM di TPQ Hidayatush Shibyan
Sidoarjo, terasdelta.com - Menjadi anggota Banser bukan suatu kebetulan. Tetapi merupakan panggilan jiwa untuk menjadi garda terdepan dalam mengawal ulama, kiai dan NKRI. Hal itulah yang menjadi salah satu komitmen anggota Banser dalam berkhidmat kepada Nahdlatul Ulama (NU).
Ada kisah haru, dimana saat salah satu anggota Banser Ranting Kepunten Tulangan Sidoarjo, sedang melaksanakan tugas (nge-PAM) kegiatan khataman dan imtihan ke-25 TPQ Hidayatush Shibyan desa setempat. Banser tersebut mengaku tak kuasa membendung air mata.
"Untuk ngepam pertama kebetulan acara imtihan, disadari atau tidak disadari tapi ini nyata. Begitu ngawal pawai walapun mulai dari jalan sampai ke TPQ diiringi dengan shalawat Nabi jujur "mbrebes mili", menahan tangis tidak bisa diam aku mas, tidak tahu ada efek apa. Apa karena seragam baru atau apa tidak tahu. Tapi jujur itu apa adanya," ucap anggota Banser Kepunten Eko Wahyudi kepada wartawan, Minggu (31/8/2025).
Diketahui, Eko Wahyudi ngepam bersama rekannya, diantaranya Komandan Banser Kepunten Abdul Gofur, Maskur dan Joko.
Khataman dan imtihan ke-25 ini menjadi bukti nyata keberhasilan TPQ Hidayatush Shibyan dalam membimbing anak-anak sejak dini agar mampu membaca, menghafal, dan memahami Al-Qur’an dengan baik. Di balik lantunan indah itu tersimpan proses panjang: hafalan yang tak kenal lelah, bimbingan sabar para ustadzah, serta disiplin pembelajaran yang menjadikan setiap santri tumbuh menjadi generasi Qur’ani.
Kepala TPQ Hidayatush Shibyan, Ila Firdausi Nuzula, menegaskan bahwa khataman dan imtihan ini adalah bentuk pertanggungjawaban lembaga kepada wali santri yang telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya. Ia juga menegaskan bahwa pembelajaran di TPQ ini bukan sekadar mengajarkan membaca Al-Qur’an, tetapi juga membentuk kedisiplinan, semangat belajar, dan akhlak santri.
“Kami bersyukur anak-anak bisa menuntaskan semua proses ini. Terima kasih juga kepada para wali santri yang mendukung penuh hingga anak-anak khatam Al-Qur’an,” kata Ustadzah Firda dalam sambutannya.
Menurutnya, untuk sampai di tahap ini, anak-anak harus melalui proses yang sangat panjang, mulai dari ujian lembaga, ujian di tingkat kecamatan dan ujian di tingkat cabang. Oleh karena itu, ia berpesan agar hafalannya terus dijaga, bacaan Al-Qurannya diperhatikan, dan ibadahnya atau sholatnya jangan sampai ditinggalkan. “Ini semua baru awal, dan insyaAllah bisa dilanjutkan ke Madrasah Diniyah maupun program tahfidz,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa bersama dan pemberian penghargaan. Senyum bangga, pelukan hangat, dan mata yang berkaca-kaca menjadi penanda bahwa pagi itu tak hanya tentang khataman, melainkan tentang harapan yang tumbuh, doa yang dipanjatkan, dan generasi Qur’ani yang tengah bertunas. (Sam Arif).